1. Perkenalan awal sulfonamida
Arsfenamin (Arsphenamine) diperkenalkan pada tahun 1910, yang merupakan obat antibiotik pertama dari golongan sulfa. Beberapa bulan setelah penemuan, obat ini sudah digunakan secara luas untuk melawan sifilis dan tripanomiasis. Bekerja di laboratorium Paul Ehrlich’s (1854-1915), Sahachiro Hata (1873-1983) telah mampu mengidentifikasi arsfenamin pada masa tahun 1909. Saat itu dianggap sebagai “magic bullet atau peluru ajaib” untuk pengobatan sifilis. Teori Ehrlich’s mengatakan bahwa sistem kekebalan tubuh manusia dapat dibantu dengan penggunaan senyawa kimia.
Arsfenamin awalnya dikenal sebagai “606” karena faktanya bahwa itu adalah senyawa ke-606 yang diuji oleh Ehrlich. Senyawa organoarsenik ini yang nantinya dikenal sebagai Salvarsan. Antibiotik ini dikenal paling banyak digunakan sampai tahun 1940. Meskipun, antibiotik ini telah secara luas digunakan dan sukses, tetapi mekanisme aksinya belum jelas. Arsfenamin diketahui dapat mengubah bentuk aktif di dalam tubuh yang kemudian bersifat racun bagi spiroket dan parasit lainnya.
Prantosil (1932) bukan merupakan antimikroba pertama yang ditemukan tetapi yang pertama dikenal secara luas. Melanjutkan pekerjaan Ehrlich’s tentang efek pewarnaan pada mikroorganisme, 2 ilmuwan kimia yaitu Klarer (1898-1953) dan Mietzsch (1896-1958), mensintesis sulfonamidokrysoidin sebagai bagian dari studi penelitian untuk membuktikan kegunaan pewarna sebagai antibakteri. Namun, hanya melalui upaya Domagk’s (1895-1964) pada tahun 1932, antibiotik sulfa pertama kali diperkenalkan. Domagk’s dapat membuktikan sifat komponen sulfonamid ini dalam model murine dari infeksi sistemik Streptococcus pyogenes. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Forneau (1872-1949) dan Trefouel (1897–1977) pada tahun 1935 yang menunjukkan bahwa Prontosil adalah prodrug yang dimetabolisme menjadi sulfanilamida. Ini kemudian dikomersialkan sebagai Prontolyin. Antibiotik sulfonamida telah digunakan hampir di setiap abad yang kemudian mencapai popularitasnya di Amerika Serikat. Meskipun pada awalnya diragukan oleh komunitas medis, tetapi Prantosil telah digunakan untuk mengobati Franklin Delano Roosevelt, Jr. (1914-1988) yang merupakan anak dari Presiden Amerika Serikat saat itu yang terkena septic strep infeksi tenggorokan.
2. Sejarah penggunaan dan mekanisme aksi sulfonamida
Sulfonamida merupakan obat antimetabolit bakteriostatik yang menginduksi penghambatan sintesis folat. Sulfonamida merupakan analog dari para-aminobenzoic acid (PABA) dan bertindak sebagai penghambat kompetitif dari enzim dihydropteroate synthetase (DHPS). Memblok sintesis folat, yang akan menginduksi penghambatan sintesis DNA, RNA dan protein. Sulfonamida mempunyai spektrum aktivitas yang luas yang mampu melawan kedua bakteri baik gram positif maupun gram negatif. Sulfonamida telah digunakan sebagian besar untuk mengobati infeksi saluran kemih tanpa komplikasi dan infeksi karena Nocardia.
Sulfacetamid digunakan secara topikal dan ophthalmik untuk infeksi bakteri. Sulfadoksin secara luas digunakan secara kombinasi dengan pirimetamin untuk mengobati atau mencegah malaria, khususnya yang disebabkan karena Plasmodium falciparum. Kemudian sulfonamida yang paling banyak digunakan adalah sulfametoksazol, yang biasanya dikombinasikan dengan pirimetoksazol untuk aktivitas sinergistik dalam penghambatan dalam sintesis folat.
Pada penelitian lain mengemukakan bahwa sulfonamida merupakan antibiotik bakteriostatik yang secara aktif melawan organisme sensitif seperti streptococus, Staphylococcus aureus, termasuk infeksi kulit dari community acquired methicillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Bahkan sulfonamida secara aktif melawan bakteri anaerob dan beberapa batang gram negatif seperti Escherichia coli dan Haemophilus influenza.
Resistensi sulfonamida sangat umum terjadi dan di mediasi oleh beberapa mekanisme yang berbeda, seperti penurunan permeabilitas, mengaktifkan pompa efluks, memutasi bentuk DHPS secara genetik, dan meningkatkan produksi PABA.
3. Sumber
Zaffiri, Lorenzo., Gardner, Jared., & H. Toledro-Pereyra, Luis. 2012. History of Antibiotics From Salvarsan to Caphalosporins. Journal of Investigative Surgery, 25, 67–77, 2012